Aku ingin tahu


Aku tahu aku tak seharusnya begitu. 


Siapakah aku ini hingga dengan sombongnya menciptakan standar tersendiri untuk setiap orang yang mencoba mendekatiku? Siapakah aku ini hingga dengan beraninya mempermainkanmu seperti ini? Siapakah aku ini hingga dengan congkaknya memamerkan kedekatanku dengan orang lain? dan apalah aku ini di matamu dibandingkan dengan gadis-gadis yang lain?


Jadi, apa kesanmu terhadapku? aku ingin tahu.


Aku benar-benar ingin tahu. Aku mohon, jawab saja yang sejujurnya. Aku ingin mendengarnya. Aku ingin mendengarnya tanpa perantara. Aku ingin mendengarnya darimu, bukan dari yang lainnya. Apakah aku ini jalang? Apakah aku ini hewan yang tidak tahu diuntung? Atau apakah aku ini hanya sampah sehingga kau sendiri enggan melihatku lantas mengucap sumpah serapah?


Aku benar-benar ingin tahu.
Karena bagiku, aku hanyalah sebuah batu yang lama kelamaan akan terkikis oleh waktu. Aku hanyalah kepingan kaca yang kerap kali tak sengaja mencipta goresan luka. Aku hanyalah pemeran figuran di setiap cerita yang sedang berjalan. Aku hanyalah manusia, yang begitu jauh dari kata istimewa seperti yang lainnya.


Bukan, aku bukan upik abu yang akan menjadi putri cantik saat pangerannya datang. Bukan, aku bukan putri Jasmine yang cantik dan pemberani. Bukan, aku juga bukan seorang putri yang berparas cantik, cerdas, baik hati, disukai banyak orang, dan pandai berdandan. Bukan, bukan aku orangnya. Aku hanyalah aku. Aku yang acap kali kau panggil dengan sebutan brengsek. Akulah orang itu. Akulah orang yang selalu merasa dirinya cantik, padahal tidak. Akulah orang yang selalu merasa dirinya punya sesuatu yang bisa dibanggakan, padahal tidak. Akulah orang yang selalu merasa bahwa dirinya dicintai banyak orang, padahal sebaliknya. Akulah orang itu. Orang yang dengan beraninya memberimu suatu harapan bahwa kau layak dicintai. Orang yang dengan beraninya mengatakan bahwa ada seseorang yang akan mencintaimu begitu dalam di mana pun keberadaannya. 


Akulah orang itu.
Orang yang kemudian menebas segala asamu yang tumbuh bahagia. Orang yang kemudian menjadi satu-satunya orang yang patut kau salahkan atas luka yang kau terima. Orang yang dengan kejam mematahkan segala renjana yang sempat kembali menyala. Ya, akulah orang itu. 


Sedari awal kita bertemu, aku sudah mengatakannya. Bahwa aku bukanlah orang yang kau cari. Aku hanyalah gadis brengsek yang dengan beraninya berpura-pura menjadi sosok wanita idamanmu. Sedari awal kita berbicara, aku sudah berniat mengungkapkannya. Hanya saja, kala itu kita terlalu banyak bercanda dan kemudian kita tak lagi bersua. Aku hanya ingin menikmati tawamu barang sebentar, sebelum semua memori hilang terlantar. Aku ingin berhenti. Aku juga tak ingin seperti ini, tertampar dengan harapan tak pasti, patah hati lalu mati. Aku tak ingin menikmati kebahagiaan semu yang sudah jelas sampai kapan pun takkan pernah kumiliki. Tetapi semuanya telah mengalir, di saat lukaku dan kepura-puraanku sudah terasa getir. Kau masih saja percaya bahwa akulah orang yang akan kau cinta selamanya. Kau masih saja percaya bahwa kita memang ditakdirkan bersama. Sedangkan aku? aku masih saja percaya bahwa akulah orang yang paling hina jika masih saja berpura-pura tentang rasa.


Jadi, apa kesanmu terhadapku? Aku benar-benar ingin tahu.




Fleur.

Komentar

Postingan Populer