Dusun Pengingat Kamu


Di dusun kecil ini, ada suatu kebenaran yang kini aku perlu aku ungkapkan padamu. Aku lebih suka anak kecil itu daripada kamu, walau ia baru saja kutemui siang itu. Ia murni, senyuman yang ia miliki begitu lugu. Dari mulutnya tak ada kata tipu. Dia tak pernah berbohong perihal rindu. Dia tak pernah berbohong ia baik-baik saja kala hatinya penuh pilu. Dia tak pernah berbohong kala nyanyian itu memang bukan untukku.

Sial, lagi-lagi aku membandingkannya denganmu.

Sial, masih saja aku terpaku dalam biusmu. Bisakah kau berhenti menatapku setenang itu? sedangkan kau tahu aku berusaha mati-matian untuk terfokus pada tujuanku. Sulit bagiku terfokus pada tujuan awalku jika parasmu terus saja mendistraksikanku lagi dan lagi.

Sial, lagi-lagi aku terdiam diantara berjuta kidung romansa irama sunyimu itu. Melodi yang mendayu-dayu penghias langit malam tanpa bintang kala itu.

Sial, aku tertipu. Ah, palsu. Seharusnya aku tahu, seharusnya aku lebih paham dari dulu. Seharusnya aku sadar, bahwa semua hal yang kau lakukan tak lagi terasa spesial. Kau hanya melakukan tugasmu dan aku salah mengartikannya dari awal. Atau mungkin bisa jadi dari awal kau memang kelewat ramah. Atau aku sendiri yang sudah jengah karena terlalu lama salah kaprah.

Kini aku paham, bukan aku yang kau mau. Stiap yang kau lakukan itu berlaku pada siapa pun. Pada setiap wanita yang memujamu, termasuk aku.






Tulisan ini telah usai seiring rasa di hati yang telah usai pula. Kusempatkan menulis hal ini di sebuah dusun terpencil penuh arti. Tujuanku hanya satu agar aku tak pernah lupa. Maka, kunamakan desa itu Dusun Pengingat Kamu. Terima kasih, jangan lupa pastikan setelah ini hidupmu tetap bahagia!


Tertanda,
Fleur

Komentar

Postingan Populer